Jakarta, Indonesia – Dua petugas polisi terluka parah dan setidaknya dua kendaraan polisi dibakar di kota Bristol, Inggris. Ini terjadi dalam protes menuntut pencabutan RUU Kepolisian, yang berujung kekerasan, Minggu (21/3/2021).
Dikutip Reuters, aparat keamanan lokal Bristol yang dibantu kepolisian Avon dan Somerset mengatakan awalnya demonstrasi dimulai dengan damai. Akan tetapi kemudian berubah menjadi gangguan kekerasan oleh minoritas kecil.
Baca:Sanksi Bumi Nggak Mempan, Junta Makin Ganas ke Demo Myanmar |
Menteri Dalam Negeri Priti Patel, mengatakan di Twitter bahwa pemandangan di Bristol tidak dapat diterima. Ia menyebut premanisme dan kekacauan oleh minoritas tidak akan pernah bisa ditoleransi.
“Petugas polisi kita membahayakan diri mereka sendiri untuk melindungi kita semua. Pikiranku malam ini tertuju pada para petugas polisi yang terluka,” tegasnya.
Baca:KBUMN: Tidak Ada Permintaan Komisaris untuk Pengurus MUI |
Akibatnya dua petugas dibawa ke rumah sakit, satu dengan lengan patah dan satu lagi dengan tulang rusuk yang patah. Sementara yang lain mengalami kekerasan dan pelecehan verbal. Tak hanya itu kantor polisi di pusat kota juga dilempari demonstran.
“Semua yang terlibat dalam perilaku kriminal ini akan diidentifikasi dan diadili. Akan ada konsekuensi yang signifikan untuk perilaku seperti ini,” kata pengawas kepala Avon dan Somerset, Will White, dalam sebuah pernyataan.
Beberapa demonstran membawa plakat dengan slogan seperti “Bunuh RUU”, “Hari Demokrasi Menjadi Kediktatoran” dan “Kami Tidak Bisa Dibungkam Semudah Itu”. RUU Polisi, Kejahatan, Hukuman, dan Pengadilan pemerintah akan memberi polisi kewenangan baru untuk menerapkan batasan waktu dan kebisingan pada protes jalanan.
Hal itu membuat marah para aktivis, terutama sejak tanggapan polisi yang kasar terhadap aksi kekerasan di London untuk korban pembunuhan Sarah Everard pada 13 Maret. Itu menyebabkan kecaman yang meluas terhadap polisi.
Sarah Evans sendiri adalah korban penculikan dan pembunuhan oleh seorang petugas polisi. Kasus tersebut telah menimbulkan curahan kesedihan dan kemarahan atas masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.
RUU pemerintah mendahului kasus Everard dan mencakup berbagai bidang kebijakan serta pengawasan protes. Namun, keduanya menjadi terhubung di benak banyak orang karena, secara kebetulan, RUU itu diperdebatkan di parlemen dua hari setelah malam di London.
[Gambas:Video ]
(sef/sef)