Daily Berita

Berita Indonesia Terbaru Hari Ini | Today's Latest Indonesia News

Duh! Kabar Buruh Nih, Kinerja Bursa Asia Pagi Ini Loyo

Jakarta, Indonesia – Bursa Asia mayoritas dibuka melemah pada perdagangan Rabu (7/4/2021), setelah beberapa hari ditutup beragam di tengah penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (7/4/2021) waktu setempat.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah tipis 0,04%, Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,25%, Shanghai Composite China melemah 0,52%, dan Straits Times Index (STI) Singapura turun tipis 0,04%.

Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan dibuka menguat tipis 0,04% pada perdagangan hari ini.

Pasar saham Asia pada perdagangan hari ini mayoritas melemah setelah selama dua hari ditutup beragam dan seiring adanya sinyal kebiijakan ultra longgar yang akan tetap dipertahankan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Beralih ke AS, indeks saham Bursa New York (Wall Street) yang mengalami kenaikan adalah indeks Dow Jones yang naik 0,05% dan S&P 500 yang menguat 0,15%. Sementara itu indeks Nasdaq Composite tertinggal dengan pelemahan tipis 0,07%.

Baca:

Indeks Sudah Tembus Level 6.000, Next IHSG Menuju 6.170?

Wall Street yang berhasil lepas dari zona koreksi tak terlepas dari pernyataan salah satu pejabat The Fed yang menegaskan bahwa program pembelian aset masih akan terus dijalankan.

Tapering dan segala bentuk pengetatan moneter lain dinilai sebagai suatu hal yang prematur atau terlalu dini untuk dilakukan saat ini. Jerome Powell sang ketua The Fed sudah berkali-kali menegaskan hal ini ke publik.

Para pembuat kebijakan The Fed memperkirakan ekonomi akan pulih secara substansial pada 2021 di tengah pembukaan kembali ekonomi dan mereka percaya pertumbuhan yang lebih kuat dari rata-rata di tahun-tahun berikutnya akan terus memfasilitasi pemulihan pasar tenaga kerja.

“Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan menjadi substansial tahun ini dan tingkat pengangguran diperkirakan menurun secara signifikan,” tulis risalah The Fed.

Risalah pertemuan The Fed menunjukkan bahwa sementara para pejabat melihat ekonomi meningkat secara substansial, mereka melihat lebih banyak kemajuan yang dibutuhkan sebelum perubahan kebijakan yang sangat mudah.

Salah satu anggota mengatakan butuh US$ 120 miliar sebulan dalam pembelian obligasi dan memberikan dukungan substansial bagi perekonomian.

“Pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan turun pada tahun 2022 dan 2023 tetapi masih melebihi potensinya selama periode ini, yang mengarah pada penurunan tingkat pengangguran ke tingkat yang secara historis rendah, karena kebijakan moneter diasumsikan tetap sangat akomodatif.” kata CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon.

Dimon optimis tentang kembalinya ekonomi AS dari pandemi dalam surat tahunannya yang banyak dibaca yang dirilis pada hari Rabu. Ketika ekonomi bersemi maka risk appetite pun kembali. Momentum inilah yang nantinya akan membuat masuknya aliran modal asing ke saham sebagai salah satu aset yang produktif.

TIM RISET INDONESIA

[Gambas:Video ]

(chd/chd)