Jakarta, Indonesia – Ada kabar baik belakangan ini di tengah gempuran pandemi yang belum juga tuntas. Manufaktur, khususnya di negara-negara anggota G20 berada di zona ekspansif.
Negara-negara di kawasan Eropa misalnya, meski masih dipusingkan dengan corona (Covid-19), sektor ini cenderung semakin ekspansif. Di bulan Februari angka PMI manufaktur zona Euro berada di 57,9.
Sebulan setelahnya angka PMI manufakturnya naik menjadi 62,5. Negara-negara seperti Jerman, Prancis, Italia, Spanyol dan Swiss juga mencatatkan kenaikan angka PMI.
Baca:Kebal Corona! Investasi Asing di China Melesat 81% di 2020 |
Negara Ratu Elizabeth juga mencatatkan kenaikan angka PMI manufaktur. Pada Maret 2021 PMI manufaktur Inggris, yang sudah keluar dari Uni Eropa, tercatat sebesar 58,9. Bulan sebelumnya hanya 55,1.
Hal senada juga terjadi di Amerika Serikat (AS). Angka PMI manufakturnya juga meningkat dari 58,6 menjadi 59,1.
Beralih ke Asia, walaupun masih berada di zona ekspansif tetapi PMI manufaktur China mengalami perlambatan. Hal senada juga terjadi untuk India yang berada di zona ekspansif tetapi mengalami perlambatan.
Di dalam negeri sektor manufaktur juga sudah ekspansif. PMI manufaktur Indonesia di bulan Februari 50,9 dan di Maret 53,2.
Ini adalah bulan kelima PMI manufaktur mengalami ekspansi secara berturut-turut. Perusahaan terus meningkatkan aktivitas pembeliannya sementara sektor ketenagakerjaan cenderung stabil setelah dua belas bulan berturut-turut menurun.
Di sisi lain, penjualan ekspor turun selama 16 bulan berturut-turut. Dari sisi harga, inflasi biaya input naik lebih cepat selama enam bulan berturut-turut dan tercepat sejak Oktober 2018, karena kenaikan biaya bahan baku.
Baca:Menanti Inflasi & PMI, IHSG Masih Jalan di Tempat |
Akhirnya, sentimen mencapai level tertinggi dalam 50 bulan, didorong oleh harapan bahwa pandemi akan berakhir serta proyeksi penjualan dan upaya pemasaran yang lebih tinggi.
Sektor manufaktur berkontribusi terhadap output perekonomian Indonesia hampir 20%. Ekspansi PMI manufaktur memberikan harapan bagi pemulihan ekonomi Indonesia.
Akhir Maret lalu Fitch Ratings mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat “BBB” (investment grade) dengan outlook stabil pada 19 Maret 2021.
Fitch memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih secara bertahap. Produk Domestik Bruto (PDB) RI diramal tumbuh 5.3% pada 2021 dan 6% pada 2022.
TIM RISET INDONESIA
[Gambas:Video ]
(twg)