Jakarta, Indonesia – Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) jangka panjang masih menjadi perhatian pasar. Pasalnya kenaikan ini memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat diikuti oleh inflasi yang kembali pulih.
Untuk itu Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan saat ini pelaku pasar menunggu hasil pertemuan bank sentral AS, The Fed pda 16-17 Maret mendatang untuk melihat bagaimana kebijakannya terkait dengan kondisi pasar saat ini.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa situasi dan kondisi keuangan sangat akomodatif, dan hal tersebut sesuai mengingat situasi dan kondisi yang harus diterima oleh perekonomian saat ini.
Selain itu The Fed juga menyebut perekonomian menunjukan tanda tanda kebangkitan pada awal tahun ini. Penjualan ritel mengalami kenaikkan, ditopang oleh manufaktur yang mengalami kenaikkan, namun sekuritas ini menyebut bahwa pasar saham dan obligasi masih belum akan merespon pernyataan ini.
Baca:Siapkan Kocek Anda, Ini Sederet Saham Pilihan Cuan |
Dari segi teknikal, Reliance Sekuritas Indonesia menyebut IHSG mengkonfirmasi pola 2 star in the north dengan pelemahan dengan break out support rata-rata 5 hari dan mulai mendekati support rata-rata 20 dan 50 hari. Indikator stochastic membentuk pola dead-cross pada area overbought dengan MACD yang bergerak terkonsolidasi pada area overvalue.
Sejalan dengan itu MNC Sekuritas mengatakan indeks sedang berada pada bagian dari wave C dari wave (4), yang berarti IHSG akan memulai fase koreksinya dengan koreksi terdekat berada pada area 6.130-6.200 terlebih dahulu.
Namun, apabila IHSG mampu menguat di atas 6.400 atau bahkan di atas 6.505, maka pergerakan IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave 3 dari wave (5).
Untuk hari ini IHSG diprediksi akan bergerak di kisaran support 6.184 dan 6.090 serta resisten di 6.400 dan 6.505.
[Gambas:Video ]
(hps/hps)