Jakarta, Indonesia – Seorang warga Myanmar, Ko Aung Paing Htwe, 30 tahun, dilaporkan meninggal dunia akibat disiksa oleh aparat di tahanan militer karena diduga ikut menjadi pedemo dalam unjuk rasa memprotes junta militer di negeri yang penuh konflik tersebut.
Media The Irrawaddy, melaporkan pada Jumat (9/4) bahwa Ko Aung ditangkap justru saat dia membantu memadamkan api di kantor administrasi bangsal di Taunggyi pada 4 April lalu.
Jasad Ko Aung kemudian dikembalikan oleh aparat keamanan 2 hari kemudian. Hanya saja, dari laporan post-mortem oleh petugas medis militer, Ko Aung diketahui meninggal dunia lantaran pendarahan otak dan cedera paru-paru yang disebabkan oleh kecelakaan dalam menggunakan mesin pemadam kebakaran.
“Laporan otopsi mengatakan otaknya berdarah dalam kecelakaan mobil, dan paru-parunya tertusuk saat menekan setir,” kata seorang anggota keluarga Ko Aung, dilansir The Irrawaddy, dikutip Sabtu (10/4).
![]() Soldiers walk towards anti-coup protesters during a demonstration in Yangon, Myanmar on Tuesday March 30, 2021. Thailand’s Prime Minister Prayuth Chan-ocha denied Tuesday that his country’s security forces have sent villagers back to Myanmar who fled from military airstrikes and said his government is ready to shelter anyone who is escaping fighting. (AP Photo) |
The Irrawaddy adalah situs milik Irrawaddy Publishing Group, didirikan pada 1990 oleh eksil Myanmar yang tinggal di Thailand. Sejak awal, The Irrawaddy mengambil sikap independen terhadap politik Myanmar.
Lebih lanjut terkait dengan Ko Aung, disebutkan ada tanda-tanda penyiksaan terlihat jelas di tubuh Ko Aung.
Pada bagian kepalanya terlihat pecah-pecah, wajahnya penuh memar, salah satu telinganya hampir putus dan ada luka diduga akibat senjata di punggungnya. Luka di dadanya dilaporkan di jahit kembali.
Baca:Xi Jinping ‘Turun’ di Myanmar, China Hubungi Massa Anti-Junta |
Ko Aung Paing adalah salah satu dari empat orang yang ditangkap pasukan keamanan setelah membantu memadamkan api di bangsal Nyaungphyu Sakhan di Taunggyi pada 4 April.
Berdasarkan catatan Assistance Association for Political Prisoners atau Lembaga Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) pada Kamis (8/4), jumlah korban tewas mencapai 614, sementara yang ditahan junta militer sebanyak 2.857.
Di sisi lain, bukan hanya aktivis anti kudeta, junta militer Myanmar juga dilaporkan menangkap para selebriti di negeri itu. Melansir AFP, setidaknya ada 120 orang selebriti yang juga diburu.
Terbaru, aparat menangkap seorang penyanyi, model dan juga aktor top Myanmar, Paing Takhon. Pria 24 tahun yang juga terkenal di Thailand itu, disebut aktif menyuarakan kecaman ke militer.
“Ia ditahan pukul 5.00 pagi, Kamis (8/4/2021) di kediaman ibunya,” tulis media lokal.
Hal senada juga diakui saudara sang aktor, Thi Thi Lwin dalam lama Facebooknya. Sekitar 50 tentara dengan delapan truk militer datang ke kediaman mereka di North Dagon, Yangon.
“Karena dia sakit, mereka menangkapnya tanpa kekerasan. Kami tak tahu ke mana di pergi,” katanya.
Aparat Myanmar juga telah menerbitkan daftar 120 selebriti yang paling dicari. Salah satunya adalah May Myat Noe, peserta Asia’s Next Top Model tahun 2016.
Baca:Kudeta Myanmar dan Stabilitas Kawasan ASEAN |
[Gambas:Video ]
(tas/tas)