Jakarta, Indonesia – Sebanyak lima saham tercatat paling sering dilego oleh asing atau net foreign sell selama sepekan lalu. Kelima saham tersebut, yakni PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan Ciputra Development (CTRA).
Top net foreign sell selama sepekan (1-5 Maret 2021):
- ASII, net sell Rp 268,4 M
- GGRM, net sell Rp 130,6 M
- TOWR, net sell Rp 102,5 M
- ADRO, net sell Rp 95,2 M
- CTRA, net sell Rp 88,6 M
Lantas, apakah kelima saham tersebut menarik untuk dikoleksi? Atau malah sebaliknya, sebaiknya dijual saja?
Untuk itu, Tim Riset Indonesia menilai valuasi kelima saham tersebut dengan memakai dua ‘senjata’, yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to book value (PBV).
PER dan PBV adalah metode yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten.
PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.
Baca:Simak 10 Kabar Penting Ini, untuk Borong Cuan di Awal Pekan |
Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.
Adapun PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (5/4), saham ASII memiliki PER 13,78 kali dengan rasio PBV sebesar 1,43 kali. Nilai PER dan PBV perusahaan induk Grup Astra ini tergolong wajar karena mendekati 10 untuk PER dan 1 untuk PBV.
Sementara, di posisi kedua saham GGRM juga memiliki PER yang tergolong murah, yakni 9,35 kali. Adapun rasio PBV pembuat rokok Surya Pro Mild ini mendekati angka 1, yakni sebesar 1,24 kali.
Ketiga, emiten menara TOWR tercatat memiliki PER 23,56 kali, di atas rule of thumb 10 kali. Nilai PBV emiten Grup Djarum ini pun tergolong tinggi, yakni 6,19 kali.
Selanjutnya, emiten batu bara ADRO tercatat memiliki nilai PER di atas 10 kali, yakni 18,23 kali. Namun, untuk rasio PBV emiten milik pengusaha Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini tergolong murah karena berada di bawah angka 1, yakni 0,72 kali.
Baca:Tesla Amankan Baterai Mobil Listrik dari Sini, Ada dari RI? |
Terakhir, saham CTRA membukukan PER sebesar 67,75 kali. PER tersebut berada jauh di atas angka 10 yang menjadi rule of thumb. Tetapi, apabila menilik PBV, emiten Grup Ciputra ini berada di 1,43 kali yang berarti mendekati angka 1.
Sekadar informasi, pada perdagangan Jumat pekan lalu (5/3), kelima saham tersebut serempak ditutup di zona merah.
Pertama, saham sang ‘raja otomotif’ ASII merosot 1,35% ke Rp 5.500/unit dengan nilai transaksi Rp 265,18 miliar.
Kemudian, saham GGRM juga turun 0,81% ke Rp 36.600/unit dengan membukukan transaksi senilai Rp 48,52 miliar.
Setali tiga uang, TOWR juga ambles 2,89% ke Rp 1.175/unit. Nilai transaksi TOWR sebesar Rp 116,52 miliar.
Tidak berbeda dengan lainnya, ADRO terjun 3,28% ke Rp 1.180/unit. Saham ADRO ditransaksikan senilai Rp 187,82 miliar.
Kelima, saham CTRA, yang sudah empat hari berturut-turut di zona merah, anjlok 2,59% di Rp 1.130/unit dengan catatan transaksi sebesar Rp 47,36 miliar.
[Gambas:Video ]
(hps/hps)