Daily Berita

Berita Indonesia Terbaru Hari Ini | Today's Latest Indonesia News

Wah! Biden Mau Kerek Pajak, Awas IHSG Bisa Ikutan Jeblok

Joe Biden berkantor di Gedung Putih. (AP/Alex Brandon)

Jakarta,  Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,03% ke 6.356,16 sepanjang pekan lalu. Dalam 5 hari perdagangan, IHSG mampu selama 2 hari beruntun pada Kamis dan Jumat.

Data pasar mencatat, dalam sepekan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 978 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 57,6 triliun.

Pelemahan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street membuat IHSG beserta bursa saham lainnya ikut masuk ke zona merah. Sepanjang pekan ini, kenaikan yield obligasi (Treasury) AS menjadi penekan pasar saham.

Bank sentral AS (The Fed) pekan lalu mengumumkan hasil rapat kebijakan moneternya. The Fed sebelumnya diperkirakan akan menjalankan Operation Twist guna meredam kenaikan yield tersebut.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

Nyatanya, dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (18/3/2021) dini hari waktu Indonesia, The Fed malah tidak mempermasalahkan kenaikan yield Treasury tersebut.

The Fed masih cukup nyaman dengan kenaikan yield Treasury, selama itu merupakan respon dari membaiknya perekonomian. Alhasil, yield Treasury terus menanjak.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia memutuskan kembali memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro selama dua pekan, mulai 23 Maret hingga 5 April nanti.

Selama berlangsungnya PPKM mikro, pasar keuangan Indonesia sebenarnya tidak terlalu terpengaruh, terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih menanjak meski perlahan.

Jika dilihat sejak penerapan PPKM mikro pada 9 Februari hingga Jumat (19/3/2021) kemarin, IHSG sudah membukukan penguatan 2,37%.

Namun, tekanan pada hari ini, Senin (22/3/2021) datang dari eksternal, lagi-lagi dari negeri Paman Sam. Presiden AS, Joseph ‘Joe’ Biden, yang berencana menaikkan pajak memberikan sentimen negatif di pasar saham. Indeks Wall Street berjangka langsung merah, disusul dengan bursa saham utama Asia yang merosot pagi ini.

“Ini (kenaikan tarif pajak) sudah patut menjadi hal yang dianggap serius. Ini akan segera dibicarakan dan akan menjadi kenyataan,” tutur Quincy Krosby, Chief Market Strategist di Prudential Financial, seperti dikutip dari Reuters.

“Dalam 6-8 bulan ke depan, pasar akan semakin khawatir dengan isu tersebut,” tambah Jonathan Golub, US Equity Strategist di Credit Suisse, juga dikutip dari Reuters.

Baca:

Beauty & The Beast! Ini 5 Saham Tercuan dan Terburuk Sepekan

Secara teknikal, IHSG mampu membukukan penguatan beruntun pada Kamis dan Jumat pekan lalu, dan masih bertahan di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang menjadi support kuat.

Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian bergerak mendatar dan berada dekat wilayah jenuh beli (overbought).

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic pada grafik 1 jam stochastic juga berada di dekat wilayah overbought.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam 
Foto: Refinitiv

IHSG sudah kembali ke atas 6.300 yang menjadi support terdekat. Jika level tersebut ditembus IHSG berisiko melemah ke 6.270 hingga 6.250.

Selama bertahan di 6.300, IHSG berpeluang menguat ke 6.390 hingga 6.400.

TIM RISET  INDONESIA 

Baca:

Saham ANTM-INCO Cs Sudah Mahal, Masuk Telat Enggak Yah?

[Gambas:Video ]

(pap/pap)