Daily Berita

Berita Indonesia Terbaru Hari Ini | Today's Latest Indonesia News

Yang Pegang Saham ANTM-INCO-TINS, Waspada Profit Taking!

A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, Indonesia – Trio saham emiten sektor nikel anjlok berbarengan pada perdagangan Senin kemarin (29/3/2021). Para pelaku pasar tampaknya mulai melakukan aksi ambil untung atau profit taking, setelah ketiga saham tersebut melesat pada Jumat pekan lalu (26/3).

Pada perdagangan Senin (29/3), ketiga saham ini juga tercatat masuk ke dalam daftar saham dengan nilai transaksi terbesar.

Berikut gerak ketiga saham nikel pada perdagangan kemarin, Senin (29/3):

Pada perdagangan Jumat (26/3), ketiga saham di atas kompak melesat, dengan ANTM yang memimpin penguatan di antara dua saham lainnya.

Saham ANTM melejit 11,47% ke Rp 2.430/saham dengan catatan nilai transaksi Rp 1,54 triliun. Bersama INCO, ANTM menduduki jajaran lima besar top gainers pada perdagangan akhir pekan lalu.

Baca:

Duh! 3 Tahun, Saham Matahari-Ramayana cs Gak Pernah Cuan

Sementara, saham INCO ikut melonjak 7,34% ke posisi Rp 4.680/saham pada perdagangan Jumat (26/3). Nilai transaksi emiten yang 20% sahamnya dimiliki oleh PT Inalum ini sebesar Rp367,92 miliar.

Tidak hanya ANTM-INCO, emiten nikel pelat merah lainnya, TINS, juga mencuat 5,42% ke Rp 1.750/saham dengan nilai transaksi Rp 338,04 miliar pada perdagangan Jumat lalu.

Sebenarnya, pada perdagangan Jumat mayoritas saham emiten nikel sama-sama melaju di zona hijau.

Sebut saja, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM), yang melonjak 7,88%. Kemudian, saham PT Pelat Timah Nusantara (NIKL), melesat 4,27% dan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) naik 3,77%.

Memang, pada perdagangan Jumat pekan lalu, emiten nikel didorong oleh sejumlah sentimen positif.

Pertama, kabar baik dari perkembangan seputar investasi dan rencana Tesla ke Indonesia. Asal tahu saja, nikel merupakan salah satu bahan baku dalam produksi baterai kendaraan listrik.

Sebelumnya, dalam Indonesia Mining Forum dengan Tema “Prospek Industri Minerba 2021”, Rabu (24/3), Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyebut rencana produsen mobil listrik Tesla Inc untuk berinvestasi di Indonesia.

Rencana investasi Tesla tersebut terkait dengan hilirisasi nikel terutama menjadi baterai.

Selain Tesla, beberapa perusahaan internasional telah masuk ke Indonesia dalam rangka pembuatan baterai. Perusahaan tersebut antara lain LG Chem dan CATL. Sementara, beberapa perusahaan telah masuk dalam industri smelter Nikel yang menjadi bahan baku baterai.

Kedua, selain kabar baik dari Tesla, pengumuman holding perusahaan baterai di Indonesia juga menjadi sentimen positif bagi saham nikel pada Jumat lalu.

Pada Jumat (26/3), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi mengumumkan pendirian Indonesia Battery Holding (IBH) yang bernama lengkap Indonesia Battery Corporation (IBC).

Ketiga, menurut data London Metal Exchange (LME), harga nikel kontrak 3 bulan berhasil menguat kembali ke US$ 16.312/ton pada Jumat (26/3). Angka ini naik 1,87% dari penutupan sebelumnya yang sebesar US$ 16.012/ton.

Penguatan pada Jumat lalu menandakan harga nikel mengalami rebound, setelah dua hari sebelumnya mengalami pelemahan secara beruntun.

NEXT: Yang Punya Saham ANTM-INCO-TINS, Cek!

Baca:

Alert! IHSG Nyungsep, Asing Malah Borong 10 Saham Blue Chip