Daily Berita

Berita Indonesia Terbaru Hari Ini | Today's Latest Indonesia News

3 Tanda Baby Blues dalam Pandangan Islam

Jakarta

Baby blues merupakan depresi ringan yang terjadi pada ibu setelah melahirkan. Biasanya, gejala yang dirasakan pada setiap ibu berbeda-beda, Bunda.

Umumnya ini ditandai dengan reaksi depresi atau sedih, menangis dengan tiba-tiba, mengalami perubahan suasana hati, mudah tersinggung, cemas, perasaan yang labil, cenderung menyalahkan diri sendiri, hingga gangguan tidur dan nafsu makan.

Dilansir dari Health Harvard, meski depresi ini sangat umum dan dikatakan dapat mereda, mereka yang terkena depresi ini sering kali menyembunyikannya. Hal ini biasanya disebabkan oleh perasaan malu dengan tekanan yang dirasakan karena di saat seperti itu seharusnya menjadi momen bahagia dalam hidup mereka.




Akibatnya, banyak yang enggan untuk mengambil perawatan untuk mengatasinya. Fatalnya, jika kurang perawatan untuk depresi tersebut, akan berdampak buruk pada kesehatan mental orang tua, dan tentunya pada perkembangan anak.

Baca Juga : 7 Tanda Bunda Alami Baby Blues, Sedih & Mudah Marah Usai Melahirkan

“Tanda-tanda baby blues yaitu adanya kesedihan dan emosional. Kemudian gejala baby blues dapat memuncak setelah lima hari pasca melahirkan dan bertahan selama dua minggu setelah melahirkan,” kata Samantha Meltzer-Brody, MD, direktur program psikiatri perinatal di AS, dilansir Parents.

Baby blues dalam Islam

Kehamilan hingga persalinan bukanlah fase ringan dan tentu dapat membuat dampak psikologis pada wanita, Bunda. Bahkan di dalam Al-Qur’an sendiri mengakui bahwa betapa beratnya beban yang dipikul oleh seorang ibu.

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Artinya:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (QS.Luqman :14)

Sejak mengandung, melahirkan, hingga proses menyusui pada sebagian mereka memberi tekanan emosi yang dikenal dengan sindrom baby blues. Al-Qur’an menggambarkan proses ini sebagai wahnan ala wahnin.

Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jami’ li Ahkam, istilah wahnan ala wahnin digunakan karena pada dasarnya perempuan adalah makhluk yang lemah secara fisik, kondisi kehamilan menyebabkan bertambahnya kelemahan tersebut.

Keadaan yang berat ini seringkali memberi dampak yang tidak ringan bagi emosi Ibu pasca melahirkan. Mengutip studi pada tahun 2019 berjudul Sindrom Baby Blues: Kesan dan Penanganan dalam al-Qur’an, dalam kasus gangguan emosi pada Ibu dengan baby blues, emosi yang paling menonjol antara lain:

Ilustrasi wanita terkena baby blues/ Foto: iStock

1. Takut

Kehidupan rumah tangga yang cenderung belum siap secara fisik maupun psikis, menjadi penyebab timbulnya rasa takut tersebut, Bunda.

Perasaan takut setelah melahirkan terjadi pada wanita yang menyadari bahwa adanya rutinitas dan tanggung jawab baru sebagai seorang ibu, dan rasa takut itu timbul karena kekhawatiran akan tidak mampunya untuk mengemban tugas barunya tersebut.

2. Sedih

Kesedihan seorang ibu setelah melahirkan pernah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Qasas, yang mana ibunda Nabi Musa merasa sedih karena terpaksa menghanyutkan bayi yang baru dilahirkannya ke sungai untuk menghindari kekejian raja Firaun.

فَرَدَدْنٰهُ اِلٰٓى اُمِّهٖ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya:

Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.

Allah SWT menghibur kesedihannya dengan mengembalikan Musa yang tidak mau menyusu pada orang lain, sehingga sang ibu dapat mengasuh dan menyusui sebagaimana layaknya.

3. Marah

Kondisi dimana sang ibu menjadi mudah tersinggung dan terpancing emosinya karena perubahan hormon, apalagi jika juga mengalami kelelahan karena mengurus bayi.

Saat marah, bayi dapat merasakan emosi tersebut melalui sentuhan yang menegang maupun air susu ibu yang tersendat, hal ini karena hormon oksitosin yang bertugas merangsang keluarnya ASI hanya dapat timbul saat ibu merasa tenang dan senang.

Karena bayi dapat merasakan emosi marah pada ibu, maka bayi yang diasuh oleh ibu yang tengah marah cenderung rewel hingga menyebabkan tekanan pada ibu semakin besar.

Al-Qur’an memberikan contoh emosi benci dari sebuah hubungan suami istri. Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

Artinya:

Dan bergaulah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya (QS. An-Nisa :19).

Baca Juga : 17 Tanda-tanda Kehamilan Sebelum Telat Haid

Rasa marah apabila tidak di relaksasi dengan baik, terkadang cenderung dilampiaskan pada dirinya sendiri, suami, dan bahkan kepada bayinya, Bunda.

(haf/som)