Memberikan ASI eksklusif adalah salah satu cara untuk memenuhi nutrisi si Keci, terutama di 6 bulan pertama kehidupannya. Namun, tak semua Bunda bisa menyusui eksklusif dengan lancar.
Beberapa Bunda terpaksa harus beralih ke ASI perah untuk tetap menyusui bayinya. sama seperti menyusui eksklusif, memberikan ASI perah ke bayi enggak boleh sembarangan ya.
Baca Juga : 4 Trik Hadapi Bayi Mogok Minum ASI, Cari Tahu Alasannya Juga Bun
|
Bunda perlu mempelajari teknik memerah dan cara menyimpan ASI perah dengan benar. Bile perlu, Bunda juga bisa konsultasi ke konselor laktasi.
“Teknik memerak merupakan salah satu langkah menuju keberhasilan menyusui. Ibu menyusui yang baru melahirkan sebaiknya memahami cara memerah ASI, sehingga dapat terus mempertahankan pemberian ASI saat terpisah dengan bayi karena beberapa kondisi,” kata F.B. Monika, dalam Buku Pintar ASI dan Menyusui.
ASI yang diperah dapat disimpan selama waktu yang ditentukan untuk kemudian diberikan ke bayi. Meski berasal dari payudara Bunda, ASI perah ternyata memiliki tampilan yang berbeda lho.
Tak seperti susu homogen, ASI perah akan terpisah menjadi beberapa lapisan ketika didiamkan selama beberapa waktu di dalam pendingin. Warna ASI bisa berubah menjadi kuning dan mengental.
“Lemak ASI akan naik ke bagian atas, sehingga tampak lebih kental dan kuning seperti krim. Itu bukan berarti ASI perah telah rusak atau basi. Ibu cukup menggoyang pelan wadah ASI perah agar ASI bercampur kembali,” ujar Monika.
Untuk menghindari ASI perah rusak, Bunda memang perlu memilih wadah khusus. Selain itu, ASI perah perlu disimpan dengan baik di suhu yang tepat ya.
Selain bentuk dan warna, ASI perah juga bisa meninggalkan bau yang berbeda seperti sabun. Bisanya ini terjadi setelah proses pembekuan, Bunda.
Bila menggunakan freezer yang dapat melakukan pencairan sendiri (self defrosting), struktur lemak bisa berubah dan menimbulkan bau seperti sabun. Penyebab bau pada ASI perah kemungkinan karena kadar enzim lipase berlebih. Enzim ini berfungsi memecah lemak ASI yang telah diperah.
Bunda dapat menggunakan teknik scalding bila si Kecil menolak ASI perah karena berbau. Teknik ini dilakukan dengan memanaskan ASI perah pada suhu tertentu, lalu didinginkan dengan air. Pemanasan ASI perah harus dilakukan dengan benar agar tidak menghilangkan kandungan nutrisinya ya, Bunda.
Daya tahan penyimpanan ASI perah
ASI perah memiliki daya tahan yang berbeda tergantung dari tempat penyimpanannya, Bunda. Mengutip berbagai sumber, berikut daya tahan penyimpanan ASI:
Suhu kamar
ASI yang baru diperah dapat disimpan pada suhu kamar hingga 8 jam, Bunda. Menurut konselor laktasi Kelly Bonyata, IBCLC, pada ruang hangat bersuhu 27 hingga 32 derajat celsius, daya tahan ASI perah adalah 3 sampai 4 jam.
Sementara itu, di suhu ruang 16 sampai 26 derajat celsius, ASI perah mampu bertahan 4 hingga 8 jam. Idealnya ASI perah bertahan 3 sampai 4 jam di suhu ruang.
Cooler bag
ASI perah dapat disimpan di dalam cooler bag tertutup atau tas insulator yang telah diisi ice pack. Di dalam cooler bag dengan suhu sekitar minus 4 derajat celsius, ASI perah bisa bertahan selama 24 jam.
Kulkas
Di dalam kulkas atau lemari es yang bersuhu 4 derajat celsius, ASI perah mampu bertahan selama 5 hari. Namun, ASI perah sebaiknya bisa segera digunakan dalam waktu 3 hari. Penyimpanan di kulkas sebaiknya tidak dicampur dengan bahan makanan ya.
Freezer
ASI perah dapat disimpan dalam beberapa jenis freezer. Pada freezer dengan lemari es satu pintu dan suhu minus 15 derajat celsius, ASI perah hanya bertahan sekitar 2 minggu.
Sementara penggunaan freezer dengan lemari es dua pintu yang memiliki suhu minus 18 derajat celsius, daya tahan ASI perah adalah 3 sampai 6 bulan. Pada bagian belakang (deep freezer), ASI perah mampu bertahan hingga 12 bulan.
|
Baca Juga : Simpan ASI Perah di Kulkas Lebih Bergizi Ketimbang di Freezer?
|
Do and Don’ts ASI perah
Proses penyimpanan dan penggunaan ASI perah tidak boleh sembarangan dilakukan ya, Bunda. Kandungan nutrisi di ASI bisa rusak bila kita sembarangan menyimpannya.
Melansir dari buku ASI untuk Bayi Prematur oleh Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K), berikut do and don’ts ASI perah yang perlu Bunda ketahui:
1. Wadah penyimpanan ASI perah harus bebas BPA (bisphenol A), yakni zat kimia yang terdapat pada plastik atau wadah makan dan minum bayi. BPA dapat menyebabkan masalah kesehatan anak di kemudian hari, seperti gangguan reproduksi hingga kanker.
2. Pastikan wadah penyimpanan ASI perah bersih dan steril ya. Selain itu, wadah perlu kedap udara atau terbuat dari kaca, plastik keras, atau kantong plastik khusus.
3. Untuk penyimpanan dalam jangka waktu lama, ASI perah sebaiknya ditampung dalam wadah yang terbuat dari plastik keras atau kaca. Sementara itu, untuk jangka pendek atau kurang dari 72 jam dapat menggunakan kantong plastik khusus.
4. Jangan lupa tutup dan beri label (tanggal dan jam) pada wadah ASI perah.
5. Hindari penggunaan kantong plastik biasa atau botol susu disposable karena mudah bocor dan terkontaminasi.
6. ASI perah yang akan digunakan dalam waktu lebih dari 24 jam sebaiknya dibekukan dalam freezer ya, Bunda.
7. Gunakan ASI perah yang telah lama disimpan. Untuk memudahkan, Bunda bisa meletakkannya di bagian depan lemari es atau freezer.
8. ASI perah yang disimpan di kulkas tidak boleh dicampur dengan daging atau bahan makanan lain.
9. ASI perah yang telah diberikan ke si Kecil tidak boleh disimpan kembali untuk pemberian selanjutnya ya.
10. Hindari penggunaan microwave untuk mencairkan ASI perah karena bisa merusak kandungan antibodi di dalamnya.
Baca Juga : Bayi Sembelit Saat Pertama MPASI, Sebenarnya Normal Enggak Sih Bun?
|
(ank/som)