Daily Berita

Berita Indonesia Terbaru Hari Ini | Today's Latest Indonesia News

Andai Bursa Saham RI Tak Libur, IHSG Bisa Tembus 6.300 Nih

Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta,  Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat lebih dari 1% pada perdagangan Rabu kemarin (10.3) ke 6.264,679. Dengan penguatan tersebut, IHSG sukses mengakhiri penurunan 4 hari beruntun.

Selain sukses menguat, kabar bagus lainnya investor asing akhirnya melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 79 miliar, setelah melakukan aksi jual bersih (net sell) Rp 1,1 triliun dalam 2 hari perdagangan sebelumnya.

Sentimen pelaku pasar sedang bagus kemarin, tercermin dari penguatan bursa saham AS (Wall Street) di hari sebelumnya. Kiblat bursa saham dunia tersebut kembali melesat Rabu waktu setempat, indeks Dow Jones bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Penguatan tersebut tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia pada perdagangan hari ini, Kamis (11/3/2021). Indeks Kospi Korea Selatan melesat 0,88%, kemudian Nikkei Jepang 0,2%.

Namun, pasar keuangan Indonesia libur pada hari ini, sehingga IHSG tidak ikut “berpesta”. Seandainya perdagangan saham buka, tidak menutup kemungkinan IHGS bisa menembus 6.300 lagi.

Membaiknya sentimen pelaku pasar dalam 2 hari terakhir terjadi setelah yield obligasi (Treasury) AS. Pada perdagangan Selasa, yield Treasury tenor 10 tahun turun 5 basis poin, kemudian kemarin turun lagi 2,4 basis poin.

Sebelumnya terus menanjaknya yield Treasury hingga ke level pra pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) membuat pelaku pasar cemas akan kemungkinan terjadinya taper tantrum. Tidak hanya pasar AS, tapi pasar global juga dibuat cemas.

Baca:

Deretan 10 Saham Favorit Asing Nih, Favorit Dilepas Kemarin!

Kenaikan yield Treasury terjadi akibat ekspektasi perekonomian AS akan segera pulih, dan inflasi akan meningkat. Saat inflasi meningkat, maka berinvestasi di Treasury menjadi tidak menguntungkan, sebab yield-nya lebih rendah. Alhasil pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury, dan yield-nya menjadi naik.

Kenaikan yield akibat ekspektasi pemulihan ekonomi dan kenaikan inflasi tersebut juga membuat pelaku pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering.

Tapering pernah dilakukan pada 2013 lalu, dan memicu gejolak di pasar keuangan global yang disebut taper tantrum.

Dengan menurunnya yield Treasury, kecemasan akan taper tantrum sedikit mereda, dan bursa saham kembali ceria.

Kabar baik lainnya juga datang dari Negeri Paman Sam, House of Representative (DPR) AS Rabu waktu setempat sudah meloloskan rancangan undang-undang stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun, dan kini diserahkan ke Presiden Joseph ‘Joe’ Biden.

Biden diprediksi akan menandatangi rancangan undang-undang tersebut pada hari Jumat, sehingga stimulus fiskal sah cair.

Pada bulan Maret 2020 lalu, pemerintah AS di bawah Presiden ke-45 Donald Trump juga menggelontorkan stimulus fiskal guna memulihkan perekonomian AS yang merosot akibat pandemi Covid-19. Sejak saat itu bursa saham AS yang sebelumnya mengalami aksi jual terus melesat naik hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Namun stimulus kali ini efeknya tidak sedashyat stimulus tahun lalu, sebab dengan cairnya stimulus kali ini, pemulihan ekonomi AS bisa terakselerasi, dan bayang-bayang tapering kembali menghantui.

TIM RISET  INDONESIA 

Baca:

Wall Street Hijau: Dow Jones Ngamuk, Saham Tesla Jatuh!

[Gambas:Video ]

(pap/pap)