Jakarta, Indonesia – Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Jumat (4/6/2021), setelah presiden Amerika Serikat (AS) menandatangani perintah eksekutif yang melarang entitas AS berinvestasi di perusahaan China.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,58%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,48%, Shanghai Composite China terpangkas 0,57%, Straits Times Singapura terdepresiasi 0,19%, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,45%.
Pelemahan bursa Asia terjadi setelah Presiden AS, Joe Biden menandatangani perintah eksekutif yang melarang entitas AS berinvestasi di perusahaan China, karena diduga terkait dengan sektor teknologi pertahanan atau pengawasan, sebuah langkah yang menurut pemerintahannya memperluas cakupan pelanggaran hukum perintah era Trump.
Di lain sisi, investor akan memantau saham Alibaba, setelah Ant Group menerima persetujuan untuk mengoperasikan perusahaan pembiayaan konsumen.
Baca:Biden Mulai Siapkan ‘Meriam’ Baru Untuk China, Apa Itu? |
Hal itu menandai perkembangan positif besar bagi Ant Group dalam restrukturisasi bisnisnya selama berbulan-bulan setelah debutnya yang sangat dinanti tiba-tiba dibatalkan.
Beralih ke Negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street melemah pada perdagangan Kamis waktu setempat, saat data menunjukkan berlanjutnya momentum pemulihan ekonomi AS.
Indeks S&P 500 melemah 0,36% ke 4.192,85, dan berjarak sekitar 1% dari rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai bulan lalu. Namun, dalam 2 pekan terakhir, S&P bergerak di rentang yang sama.
Sementara itu, indeks Nasdaq jeblok 1,03% ke 13.614,51, saham-saham sektor teknologi yang paling terpukul kemarin.
Indeks Dow Jones turun tipis 0,07% ke 34.577,04. Dow Jones berhasil memangkas pelemahan dan nyaris stagnan terbantu saham-saham siklikal. Saham Merck dan Dow Inc menjadi yang terbaik, dengan kenaikan lebih dari 2%.
Data dari ADP menunjukkan bahwa ada penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 978.000 pada Mei, atau jauh lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 680.000. Ini jauh lebih baik dari penyerapan April yang hanya sebanyak 654.000.
Baca:Tak Cuma Taper Tantrum, Perang Dingin AS & China Bikin Ngeri |
Di sisi lain, klaim asuransi pengangguran sepekan lalu tercatat bertambah hanya 385.000, atau lebih baik dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 393.000.
Setelah rilis tersebut, pelaku pasar kini menanti data tenaga kerja AS versi pemerintah yang akan dirilis malam ini.
“Dengan data ADP lebih tinggi dari prediksi dan klaim pengangguran turun ke bawah 400.000, terendah sepanjang pandemi, semua mata kini tertuju pada data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat,” kata Mike Loewengart, direktur pelaksana di E-Trade, sebagaimana dilansir International, Kamis (3/5/2021).
“Tampaknya semua upaya menguatkan pasar tenaga kerja berjalan dengan baik, perekonomian menunjukkan tanda nyata tidak sekedar pemulihan, tetapi ekspansi sudah mulai terlihat” tambahnya.
TIM RISET INDONESIA
[Gambas:Video ]
(chd/chd)