Daily Berita

Berita Indonesia Terbaru Hari Ini | Today's Latest Indonesia News

Hati-Hati! Profit Taking Sedang Singgah di Bursa Asia

Jakarta, Indonesia – Mayoritas bursa Asia dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (19/5/2021), setelah sehari sebelumnya ditutup berterbangan. 

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,51%, Shanghai Composite China start terkoreksi 0,36%, dan Straits Times Singapura melemah 0,65%

Sementara untuk pasar saham Hong Kong dan Korea Selatan pada hari ini tidak buka karena sedang libur nasional memperingati hari kelahiran Buddha.

Pelaku pasar Asia sepertinya langsung merealisasikan keuntungannya pada hari ini, setelah secara mayoritas bursa saham utama di Asia menguat pesat pada penutupan perdagangan Selasa (18/5/2021) kemarin.

Baca:

Kemarin IHSG Heroik, Semoga Ada Keajaiban Lagi Hari Ini!

Sementara itu pada kemarin, data pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal pertama tahun 2021 telah dirilis. Pada kuartal I-2021, ekonomi Jepang tumbuh negatif (terkontraksi) 1,3% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Lebih dalam ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu -1,2% qtq apalagi dibandingkan kuartal IV-2020 yang tumbuh 2,8% qtq.

Secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang tumbuh -5,1%. Jauh memburuk ketimbang kuartal pamungkas 2020 yang tumbuh 12,7%, juga lebih parah dibandingkan konsensus Reuters yang memperkirakan di -4,6%. Ini adalah kontraksi pertama sejak kuartal II-2020.

Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kembali ‘bergentayangan’ di Negeri Matahari Terbit. Ini membuat pemerintah kembali memberlakukan kondisi darurat di sejumlah kota besar, termasuk Ibu Kota Tokyo.

Pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat membuat permintaan anjlok. Konsumsi rumah tangga tumbuh -1,4% qtq pada kuartal I-2021, memburuk dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbunh 2,2% qtq. Investasi juga mengalami kontraksi, tumbuh -1,4% qtq.

Sementara itu terkait perkembangan pandemi virus corona (Covid-19), Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) belum lama ini mengatakan bahwa pandemi Covid-19 belum akan berakhir walaupun tingkat vaksinasi sudah digenjot semaksimal mungkin.

Di beberapa negara Asia seperti India, Malaysia, Singapura dan Taiwan terus melaporkan terjadinya lonjakan kasus infeksi. Hal tersebut membuat pembatasan aktivitas ekonomi mulai diterapkan kembali.

Mulai Minggu (16/5/2021) kemarin, Singapura kembali mengetatkan pembatasan kegiatan publik dan akan berlangsung dalam satu bulan ke depan.

Malaysia juga kembali menerapkan pembatasan wilayah (lockdown) secara nasional mulai 12 Mei lalu hingga 7 Juni. Lockdown ini merupakan ketiga kalinya, setelah Maret 2020 dan Januari 2021. Malaysia kini berada di tengah gelombang ketiga kebangkitan Covid-19.

Di lain sisi, pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang kembali berjatuhan pada perdagangan Selasa (18/5/2021) waktu setempat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,78% ke level 34.060,66. Indeks yang lebih luas yakni S&P 500 merosot 0,85% ke 4.127,83, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,56% ke posisi 13.303,64.

Sebenarnya Nasdaq yang konstituennya adalah saham-saham teknologi sempat menguat pada perdagangan intraday sebelum akhirnya ambles. Data penjualan rumah yang buruk turut memperberat kinerja harga saham di bursa New York.

Menurut data Departemen Perdagangan, penjualan rumah di AS anjlok 9,5% (secara tahunan) menjadi 1,569 juta unit pada April. Angka itu jauh di bawah ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang mengestimasikan angka 1,7 juta unit.

“Meski pasar mengantisipasi perubahan data terkait pembukaan kembali ekonomi, besar kejutan itu sudah melebihi perkiraan, sehingga mendorong volatilitas bursa dan menekan indeks saham menjauhi level tertingginya,” tulis Kepala Investasi Morgan Stanley Wealth Management Lisa Shalett sebagaimana dikutip International.

Kenaikan inflasi yang melampaui proyeksi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memicu kekhawatiran bahwa kebijakan moneter akan diperketat lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Pelaku pasar bakal mencari celah peluang perubahan kebijakan The Fed dari nota rapat terakhir yang akan dirilis pada Rabu (19/5/2021) nanti.

Inflasi sudah tampak mengalami kenaikan. Di AS saja, untuk pertama kalinya inflasi berada di level tertinggi sejak krisis keuangan global 2008.

TIM RISET INDONESIA

[Gambas:Video ]

(chd/chd)