Daily Berita

Berita Indonesia Terbaru Hari Ini | Today's Latest Indonesia News

Heboh 100 Anjungan Migas RI ‘Nganggur’, Ternyata Ini Sebabnya

Jakarta, Indonesia – Sebanyak 100 anjungan minyak dan gas bumi (migas) lepas pantai (AMLP) Indonesia sudah tidak beroperasi lagi alias nganggur. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut anjungan ini dibuat sebelum tahun 1994.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan 100 anjungan ini dibangun berdasarkan kontrak kerja sama sebelum tahun 1994. Tapi pembangunannya tidak direncanakan dengan baik.

Anjungan yang tidak beroperasi di antaranya milik Kangean Energy satu platform, PHE ONWJ 73 platform, PHE OSES sebanyak 11 platform, PHE WMO sebanyak tujuh platform, PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) tujuh platform, dan EMP Malacca Strait sebanyak satu platform.

“Jadi inilah yang dulu, saya nggak mau mengatakan kesalahan para pendahulu tapi yang tidak terencanakan dengan baik,” ungkapnya dalam webinar “ENGINE ROOM: Pemanfaatan AMLP untuk Kepentingan Sektor Kelautan dan Perikanan”, Selasa (23/03/2021).

Baca:

Pertamina Hulu Mahakam Suplai Gas ke Kilang Balikpapan

Menurutnya anjungan ini dibangun tanpa cadangan dana. Namun saat ini, untuk kontrak-kontrak baru, sudah ada cadangan dananya. Di Indonesia sendiri total ada sebanyak 634 anjungan (platform) yang tersebar dari Barat sampai ke Timur.

“Untuk kontrak-kontrak baru ada dananya, 600 platform tadi, dikurangi 100 lebih, ya 400-500 platform sudah ada dananya yang tercadangkan,” ungkapnya.

Bahkan sampai saat ini, menurutnya dana terkumpul sudah mencapai miliaran dolar. Dia pun mengatakan, pengelolaan dana ini sudah dikomunikasikan dengan Kementerian Keuangan.

Julius mengatakan, meski 100 anjungan ini tidak beroperasi, namun belum masuk pada tahap siap decommissioning (penonaktifan).

“Sekarang pada fase 100 platform yang sudah tidak beroperasi, tapi saya clear-kan sedikit, bahwa 100 saat ini belum sampai tahap yang siap untuk di- decommissioning,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pemotongan platform sudah pernah dilakukan pada tahun lalu di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) pada Sumur YYA-1 karena adanya insiden kebocoran sumur.

“Setahun lalu ada insiden pengeboran juga, decommissioning di platform YYA 1 di dekat Karawang dan berhasil potong dan akan dipasang lagi,” paparnya.

Meski demikian, menurutnya tidak semua platform bisa dinonaktifkan segera karena ada anjungan yang sumur-sumurnya belum dilakukan penutupan permanen (permanent plug and abandonment), sehingga belum bisa dipotong.

Selain itu, lanjutnya, kajian penutupan anjungan ini juga belum tuntas karena masih ada potensi sumber daya di bawah laut, sehingga anjungan ini berpotensi bisa diaktifkan kembali.

“Kajian-kajian itu ada yang belum final, mau dimanfaatkan platform yang sumurnya sudah di-plug and abandonment secara permanen dan juga cleaning semua terhadap fasilitas produksi di platform tersebut,” ujarnya.

Baca:

DPR Desak Seleksi Calon Komite BPH Migas Ditinjau Ulang

[Gambas:Video ]

(tas/tas)