Jakarta, Indonesia – Nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.275/US$ pada perdagangan Rabu kemarin (2/6), padahal di awal perdagangan mampu menguat 0,32%.
Potensi rupiah menguat pada hari ini, Kamis (3/6/2021) masih terbuka, meski akan mendapat perlawanan ketat dari dolar AS.
Sebelum perdagangan kemarin dibuka, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers’ index (PMI). Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.
PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi. Hal tersebut membuat rupiah langsung menguat di awal perdagangan.
Baca:Sebelum Transaksi, Baca 7 Informasi Penting Ini Biar Cuan |
Tetapi, dolar AS yang bangkit jelang rilis data tenaga kerja membuat rupiah memangkas penguatan hingga stagnan.
Kemarin, indeks dolar AS sempat menguat hingga 0,46%, sebelum terpangkas dan berakhir di 89,904 atau menguat 0,08% saja. Pergerakan tersebut setidaknya menunjukkan ada potensi penguatan dolar AS merespon data tenaga kerja nantinya.
Oleh karena itu, pelaku pasar akan lebih berhati-hati jelang rilis data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing (ADP) Inc. malam ini, dan versi pemerintah AS Jumat besok.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, mengingat rupiah berakhir stagnan kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di dekat rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.270 hingga Rp 14.280/US$.
Baca:Bersiap IHSG ke 6.100! Jangan Kelewat Saham-saham Pilihan Ini |
Jika mampu menembus dan bertahan di bawahnya MA 100 maka ruang berlanjutnya penguatan rupiah terbuka cukup lebar.
Target penguatan berada di kisaran Rp 14.240/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski berada di posisi netral.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic saat ini berada di kisaran 52, masih jauh dari wilayah overbought maupun oversold.
Area Rp 14.300/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.340 hingga Rp 14.350/US$ (kisaran MA 200). Jika MA 200 juga dilewati, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.420/US$ (MA 50).
TIM RISET INDONESIA
Baca:Siapin Kocek! Ini Daftar Lengkap 230 Saham Margin di Juni |
[Gambas:Video ]
(pap/pap)