Jakarta, Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak dalam rentang yang sempit Rabu kemarin, tetapi sukses menguat 0,25% ke 5.974,479. Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 308 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi sebesar 9,36 triliun.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (29/4/2021) IHSG punya peluang untuk menguat setelah pengumuman bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed dini hari tadi menegaskan tidak akan mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat.
Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara penghentian pembelian obligasi di pasar. The Fed saat ini membeli obligasi atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) senilai US$ 120 miliar per bulan, artinya itu masih akan terus berlanjut, dan belum akan dilakukan pengurangan nilai pembelian atau tapering.
Baca:IHSG Jajal 6.000, Pantengin Saham-saham Prospek Cuan Ini! |
Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus di pasar saham, apalagi perekonomian AS dikatakan pulih lebih cepat dari perkirakan.
Meski demikian, pelaku pasar juga menanti Presiden Joe Biden yang akan mengumumkan detil rencana belanja US$ 1,8 triliun dan kebijakan pajak yang ditujukan untuk membantu warga AS di hadapan Kongres pada malam nanti waktu setempat (siang waktu Indonesia).
Rencana tersebut termasuk penaikan pajak penghasilan (Pph) menjadi 39,6% bagi kaum terkaya AS dan keuntungan transaksi di pasar modal bagi mereka yang memperoleh penghasilan di atas US$ 1 juta.
Rencana kenaikan pajak tersebut bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar saham.
Secara teknikal, IHSG meski menguat tetapi masih tertahan di bawah level psikologis 6.000 tentunya memberikan tekanan turun.
Bursa Kebanggaan Tanah Air sulit untuk terus menguat selama belum sukses melewati rerata pergerakan 100 hari (moving average/MA100), yang terbukti menjadi resisten kuat. Sejak awal bulan April IHSG sudah 2 kali mencoba melewati level tersebut tetapi gagal.
![]() Foto: Refinitiv |
Selain itu IHSG juga membentuk pola Descending Triangle, yang merupakan pola bearish atau tren menurun. Batas bawah pola tersebut berada di kisaran 6.890, jika level tersebut dilewati maka tekanan bagi IHSG akan lebih besar.
Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski masih jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).
Baca:Cek! Emiten ‘Milik’ Raffi Ahmad Gainers, Ini 10 Saham Tercuan |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara stochastic pada grafik 1 jam bergerak naik dan berada di wilayah oversold yang memberikan peluang rebound.
Support terdekat kini berada di kisaran 5.960, jika level tersebut dilewati, IHSG berisiko merosot ke 5.925. Support selanjutnya dan yang kuat berada pada batas bawah pola Descending Triangle di kisaran 6.890.
Sementara jika kembali ke atas 6.000, IHSG berpeluang ke 6.030. Resisten selanjutnya di kisaran 6.070.
TIM RISET INDONESIA
Baca:Borong 6 Kapal, Siapa Pemilik Humpuss selain Tommy Soeharto? |
[Gambas:Video ]
(pap/pap)