Jakarta, Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,35% sepanjang pekan lalu ke 5.995,616. Sementara itu pada perdagangan hari ini, Senin (3/5/2021) IHSG mendapat sentimen positif dari data aktivitas manufaktur Indonesia, tetapi kasus penyakit virus corona (Covid-19) di India masih menjadi perhatian, apalagi setelah terjadi kerumunan di pasar Tanah Abang.
IHS Markit pagi ini melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang tercermin dari purchasing managers’ index (PMI) bulan April melesat menjadi 54,6 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah, melewati rekor sebelumnya 53,2 yang dicapai pada bulan Maret. Itu artinya sektor manufaktur mencatat rekor dalam 2 bulan beruntun, menjadi kabar baik bagi perekonomian Indonesia.
Selain itu siang nanti juga akan dirilis data inflasi. Hasil polling Reuters menunjukkan tumbuh 1,46% YoY di bulan April, sementara inflasi inti 1,22% YoY. Prediksi tersebut lebih tinggi dari rilis bulan Maret 1,37% dan 1,21%.
Baca:Biang Kerok IHSG Anyep di April, Asing Obral 10 Saham Top Ini |
Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,165% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Sementara dibandingkan periode yang sama pada 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 1,45%. Kemudian inflasi inti tahunan diproyeksi 1,16% yoy.
Tumbuhnya inflasi juga bisa menjadi kabar bagus, sebab menunjukkan roda bisnis berputar lebih kencang, dan daya beli masyarakat mulai meningkat.
Meski demikian, kasus Covid-19 di India membuat pelaku pasar cemas, dan sentimen global memburuk.
India kini menjadi hotspot baru penyebaran Covid-19, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua di dunia. Mengutip Worldometers, India mencatat 402.110 kasus baru per Sabtu (1/5/2021). Ini merupakan rekor paling baru, dari rentetan rekor kasus lain di sepekan lebih ini.
Lonjakan kasus di India terjadi setelah dilakukan festival agama serta kampanye politik yang menimbulkan kerumunan. Indonesia kini mulai was-was, sebab di akhir pekan lalu terjadi kerumunan di pasar Tanah Abang.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Dr. Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan kerumunan seperti itu dapat memicu kasus besar seperti yang terjadi di India saat ini.
“Sebenarnya kondisi di Indonesia ini menyeramkan. Jadi jangan dianggap laporan jumlah kasusnya turun, berarti memang sudah berkurang yang terpapar. Tidak seperti ini. Di kerumunan manapun, risiko paparan Covid-19 sudah pasti akan meningkat,” kata Tri dalam panggilan telepon dengan Indonesia pada Minggu sore.
Secara teknikal, IHSG masih “bermain-main” di kisaran level 6.000. IHSG juga membentuk pola Descending Triangle, yang merupakan pola bearish atau tren menurun.
IHSG sempat melewati garis atas yang sebenarnya bisa memicu momentum penguatan, tetapi kembali turun dan kini berada di kisarannya.
Sementara Batas bawah pola tersebut berada di kisaran 6.890 yang akan menjadi support kuat.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski masih jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara stochastic pada grafik 1 jam bergerak naik setelah sebelumnya mencapai wilayah oversold.
Level psikologis 6.000 kini menjadi resisten terdekat sekaligus garis atas pola Descending Triangle. Selama tertahan di bawahnya ada risiko koreksi ke 5.950. Support selanjutnya di kisaran 5.920.
Sementara jika kembali ke atasnya IHSG berpeluang ke 6.030. Resisten selanjutnya di kisaran 6.070.
TIM RISET INDONESIA
Baca:Biang Kerok IHSG Anyep di April, Asing Obral 10 Saham Top Ini |
[Gambas:Video ]
(pap/pap)